Rabu, 02 Juli 2014

Djinah : Menguak Kengerian Sejarah Dari Sudut Pandang Perempuan

Komik, dari sebuah cerita bergambar yang identik dengan anak-anak berevolusi dan menemukan jati dirinya yang baru - media kritik sosial. Di sini, sebuah ide kritis bercampur baur dengan keindahan seni lewat gambar tubuh, beragam goresan dengan penuh arti, dan dialog singkat namun dengan pemaknaan dalam. istilah komik kemudian berubah menjadi grafis novel, sebuah usaha untuk meninggikan nilai rasa cerita bergambar ke dalam dunia yang lebih serius.
Pun demikian dengan Djinah - Years of Silence, sebuah novel grafis karya Evan Potons menceritakan tragedi 1965 dari kacamata seorang perempuan anggota Gerwani. Plot demi plot digambarkan secara hitam putih, seakan menyerap pembacanya sedikit demi sedikit ke dalam pasir hisap horor sejarah Indonesia. 

Sudut pandang Djinah sebagai pelaku utama dalam cerita ini, mampu menangkap kengerian lahir batin yang dialami oleh seorang wanita dalam konflik politik dan chaos. Djinah bergabung dengan gerwani tanpa alasan politik, namun kemudian harus menjadi “buruan” karena organisasinya adalah underbow dari Partai Komunis Indonesia. 

Bagi saya novel grafis ini seperti wujud visual dari buku Pram yang berjudul Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru. Pram memang tidak menulis tentang perempuan yang menjadi korban dalam tragedi 1965, melainkan tentang seorang gadis remaja yang menjadi korban militerisme Jepang. Tetapi satu yang menjadi benang merah dari keduanya, konflik selalu memberikan trauma yang mendalam bagi perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar