Jumat, 31 Desember 2010

NEW YEAR EVE 2007

Apa yang baru?
Tanya dalam hati di tengah gemerlap kembang api di langit biru gelap
Hingar-bingar ribuan manusia…
Bercanda dan tertawa, lalu meniupkan terompet
Sesuatu yang terus berulang dan akan berulang layaknya seremonial tanpa makna


Di luar ramai, sangat ramai..pikirku
Hingga hanya tersisa rasa sepi yang sangat di dalam hati
Berkumpul saling menggenggam tangan erat-erat..
Di antara bibir yang terucap olehmu…aku merasa hangat
Walau nyala unggun berkerlip-kerlip nyaris penghabisan


Tapi di dalam juga sepi….
Tak ada nyala unggun, tak ada kembang api yang meretak-retak serta warna-warninya
Hanya aku dan imajiku….antara alter dan ego yang saling menatap bisu
Tubuh yang meringkuk di gelap hari…
Diam tertunduk sepi, lalu menggigil di kedinginan yang merayap cepat dari bumi
Aku…..menangis….


Langit mendung…lalu hujan rintik-rintik..
Aku tak suka….terlalu terenyuh, sunyi, dan melankolis
Bangku yang kosong bisu…dimana ada aku dan kau dulu bercakap
Kini seperti tertunduk meringkuk pasrah
Sosok gelandangan di emper-emper gelap jalan Sarkem


Tepat ketika kedua jarum jam saling menghimpit pada satu pemberhentian….
Langit berpendar di atas kepalaku
Ada bunyi meretak…dan sorak sorai ribuan jiwa yang nyalang di tengah waktu tidur
Bunyi terompet membahana dan lebih syahdu….
Lebih khusyuk didengar daripada bunyi lonceng gereja ataupun adzan sang muadzin


Kugenggam botol bir yang setengah kosong…atau setengah isi?
Bir dan ruang kosong botol membentuk sebatas garis tipis….
Persis…seperti jarum jam malam ini dan bunyi loncengnya bergemuruh namun hening
Bir dan jarum jam di angka dua belas…
Lucu tapi juga membuatku ingin lari ke ujung dunia
Kosong isi botol sepeti kehampaan dan maut yang berjalan bersama sang hidup
Isi bir yang berbuih seperti sang hidup tapi hanya membawa fana…
Keduanya hanya terbatas segaris tipis…rentan dan mudah saling merasuki
Seperti masa lalu dan masa depanku yang dibatasi antara satu detik yang lalu dan satu detik yang akan datang lewat detak jarum jam


Akhirnya memang tak ada yang baru…meski bibir berteriak Happy New Year!!
Aku dan juga kau bahkan mereka…mungkin…tak mengucap itu dari hati
Hanya sebuah impuls syaraf di otak dan menggerakan motrik pada bibir
Kalkulasi matematis yang mudah divariasi polanya…tak pernah menjadi hakiki
Semuanya menghasilkan tesis yang sama..
Hidup yang selalu berputar seperti roda…bundar
Ketika bundar menjadi kotak bahakan berubah menjadi wujud lain…kehidupan menjadi goyah dan hancur
Terkadang modifikasi maupun intervensi pola adalah sesuatu yang fatal
Stagnansi adalah sebuah kehendak illahiyah dan suci


Selamat tahun baru kawan…
Dimana esok kita berjalan di tanah yang sama dan udara yang sama
Meski kita jumpai hal-hal baru..mungkin
Semua hanya pergantian warna lampu lalu lintas di persimpangan jalan
Ataupun cat tembok yang suatu saat mengelupas dan diganti dengan warna-warna yang berbeda..toh tembok tetap tembok
Lalu di malam pergantian tahun selanjutnya kita menggenggam botol yang sama
Dan kepala yang terasa berat di pagi hari sesudahnya…

Selasa, 24 Agustus 2010

Atas Nama Sejarah

Dahulu Bung Karno pernah berkata "Jas Merah" yang merupakan singkatan dari "Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah". Entah karena sosok Bung Karno yag sangat kharismatik atau karena kepiawaiannya menyingkat-nyingkat kalimat menjadi kata-kata yang menarik sehingga mudah diingat, namun Jas Merah memang tak pernah lekang dimakan zaman.

Sejarah memang bukan sekedar cerita masa lalu yang diwariskan turun temurun. Ada sesuatu yang nyata terjadi, holistik, dan bisa dipertanggungjawabkan. Sejarah juga menjadi penanda dan juga pertanda bagaimana kehidupan kita di masa depan. Sejarah seringkali dijadikan acuan/ pembanding atas apa saja yang sudah dicapai.

Jangan Melupakan Sejarah, menjadi wejangan Bung Karno bahwa kita harus belajar dari masa lalu. Kesalahan di masa lalu janganlah diulang di masa datang. Apa yang sudah baik, hendaknya semakin ditingkatkan di masa depan. Di sini, anjuran Bung Karno untuk menoleh ke belakang (masa lalu) menjadi antitesis dari kata-kata "yang lalu biarlah berlalu". Masa lalau tidaklah bisa dibuang begitu saja, karena padanya melekat proses kehidupan kita. "Yang lalu biarlah berlalu" seakan wujud penyesalan diri dari segala kesalahan dan hal-hal yang tak sempat dilakukan. Sementara Jas Merah mengizinkan untuk menyesali kesalahan, namun juga terus maju menatap ke depan. Kehidupan dan masa lau bukanlah sesuatu yang harus disesali, tapi merupakan sebuah situs dan ritus yang harus kita resapi dan rayakan.

Bagi saya, sejarah sendiri bukanlah tumpukan manuskrip berdebu yang teronggok di pojok lemari tua. Ketika masih duduk di bangku sekolah, terutama ketika remaja sejarah seakan menjadi cerita yang semenarik Oliver Twist di tengah kepenatan pada angka-angka ilmu pasti. Sementara ilmu pasti menjadi pembunuh nomor satu birahi masa remaja saya yang meledak-ledak.

Menjelang kelulusan SMA, ketika bersentuhan dengan bacaan revolusioner yang kritis semakin intens, dan diskusi antara "kiri" dan "kanan" menjadi hal yang lumrah, saya tahu sejarah memang hanya sebuah dongeng yang disokong legalitas hukum (baca: penguasa)
Sejarah adalah cerita yang ditulis oleh pihak pemenang, orde yang berkuasa berhak menentukan peristiwa sejarah mana yang layak dan tidak layak diketahui oleh umum. Sejarah Indonesia, Sejarah Perang Dingin, dan bahkan Perang Salib. Tiap pihak memiliki versinya tersendiri sesuai kepentingan politiknya masing-masing.

Dari sini, Jas Merah tidak hanya menjadi anjuran untuk mengingat sejarah, tetapi juga menganjurkan untuk selalu waspada dan teliti akan sejarah itu sendiri. Selalau waspada, bahwa bisa saja ada yang cacat dalam cerita tentang kejayaan di medan laga atau kemajuan pada suatu masa. Dan kecacatan di masa lalu itupun juga harus diwaspadai masih menghantui kita pada masa ini.

Barang siapa hanya mengingat sejarah, niscaya dirinya hanya aka terperangkap dalam lamunan dongeng masa lalu. Dan apa yang dilakukannya saat ini, meskipun bertujuan masa depan, sejatinya tidak menuju kemanapun karena berdasarkan pada sesuatu yang absurd.

Bung Karno, karena ingatannya yang kuat akan sejarah dan bangganya akan kejayaan Nusantara di masa lalu pun akhirnya harus berkahir. Kebanggan yang berlebihan akan kejayaan masa lalu (Majapahit, Srwijaya, Nusantara, dll) membawa Bung Karno pada kebijakan yang terkesan "angkuh" dan ekspansionis. bagi beberapa pihak saat itu, mungkin kebijakkannya yang kelewat "yoi" bak langkah Adolf Hitler yang terperangkaap sejarah masa lalu Holy Roman Empire.

Di satu sisi, saya memang setuju tentang nasionalisme akan Indonesia, namun bukan dalam wujud yang kelewat bangga seperti Bung Karno. Bagaimanapun, kejayaan Majapahit, Srwijaya , dan Nusantar di masa lalu selain "gemah ripah loh jinawi" juga dipenuhi pergantian kekuasaan karena balas dendam tak berkesudahan (tumpas kelor) dan perang. Inilah ironi kehidupan yang selalu memerangkap manusia dengan mudahnya, bahkan Bung Karno. Ia naik karena kebanggaan sejarah, dan turunpun karena rasa bangganya tersebut.

Hari ini, di tengah berita tentang carut-marutnya kehidupan berbangsa, sejarah seakan terus berulang dalam kehidupan. Apa yang terjadi pada bangsa kita hari ini, adalah wujud kecintaan kita pada sejarah sekaligus karena kita lupa pada sejarah itu sendiri. Kecintaan pada sejarah dalam wujud yang negatif: kita masih mempraktikan politik tumpas kelor, feodalisme dan sistem dinasti yang menyengsarakan rakyat, dan konflik antar golongan yang diwarisi dari masa lalu. Karena cinta sejarah dalam bentuk negatif pula, kita lupa bahwa para leluhur pun mewariskan kebajikan. Sosialisme dalam gotong royong, hidup selaras dengan alam, teknologi tepat guna namun sederhana, dan bersyukur kepada Yang Kuasa. Alhasil, kita lupa identitas kita sesungguhnya.

Sejarah memang bak dua mata uang. Cerita kejayaan yang gigantik mampu membius kita, membangkitkan semangat hidup sekaligus membunuh kita pelan-pelan. Sementara warisan kebajikan para leluhur adalah sisi sebaliknya. bukan hanya wejangan hidup, namun juga peringatan bahwa segala kesalahan di masa lalu itu tak patut dicontoh bahkan dilanjutkan di masa kini. Jas Merah sendiri menuntut kita untuk menghargai proses bukan hanya hasil. Telitilah proses dalam sebuah hasil, niscaya kita akan belajar banyak. Jangan silau pada kejayaan masa lalu, dan terperangkap di dalamnya.


Hidup Indonesia dan banggalah pada Nusantara, dan mari bangun sesuatu yang lebih baik lagi. Selagi masih jadi pemuda....

Kamis, 05 Agustus 2010

Diskusi

Dua anak manusia
duduk di atas semen hitam dipayungi kumpulan daun menjari
wajah-wajah lusuh berselaputkan debu diterpa kehidupan yang berkisah
Duduk saling berseberangan
Mata-mata cekung, kelopak hitam kopi, saling menatap penuh telisik
Berbicara dalam diam mereka, dan diam ketika kata-kata mengalir dari sang mulut
Bertukar pendapat dari hatiyang terus nyalang mengamati hidup, lalu saling menentang mereka dalam sekian menit
Dua otak yang berfikir, wujud yang sama, tapi berada dalam wadag yang berbeda
dua anak manusia
duduk dan berbicara bersama
Kesatuan dalam kontradiksi
Capuchino….

Minggu, 25 Juli 2010

DYING IN THE SIN CITY

ada yg tersungkur
bunyi gemeretak tulang saat ia jatuh…..berdebam!!
diam…kaku…terkapar…
namun utuh membentuk siluet di bawah sinar bulan yang redup
wajah yang kuyu…tangan yang menggenggam lemah
saat ia tak tahan tuk berlari lagi
dari pertarungan hidup yang menghujani jutaan panah ujung menghunus
maka terjunlah!!
dari puncak menara tertinggi asa manusia
yang dibangun dengan ponadsi darah dan peluh manusia
maka terjunlah!!
ketika lari sudah tak kuasa, dan bisa membawa terbang bebas lagi
ada perasaan bebas ketika tubuh dibalut desiran angin
hidup yang melesat cepat menuju batas
dalam sekali desah nafas, dalam sekali kedipan mata
ia…serasa menjadi malaikat…
sorak sorai syuhada menggema dalam jiwa
tapi ada pula yang tercekat
dalam lagit yang biru kelabu dingin
maut menggerayangi mesra tubuh itu
dan tubuh itu jatuh seperti puntung rokok yang dibuang
……..

Sabtu, 19 Juni 2010

CINTA MONYET UMUR 21

Itu ada seorang gadis
Aku kenali pertama di tengah hiruk pikuk manusia
Di saat warna-warni lampu sabtu malam terasa begitu syahdu
Dan motor-motor berparade lamat-lamat di tengah nafas muda-mudi yang dimabuk cinta
Dua…tiga menit….waktu menipuku
Terasa lama namun juga cepat merambati otak
Kubercakap dengan dia, diselingi jemari memainkan sumpit mie…
Tang…ting…tek..tek….
Duduk berseberangan dalam sebuah kedai
Di pinggir jalan yang bising parade kanlpot dan klakson
Tapi tetap saja hanya seperti aku dan dia
Gadis manis…
Mata hitam…rambut hitam
Binar mata di bawah sinar lampu
Ini bius pikirku….laiknya morfhin menari-nari di pembuluh darah
Dan aku terkapar tak berdaya hahahah!!!
Sial benar pikirku….
Satu pertemuan….dua kali jantungku berdegup kencang
Sehari…dua berselang..hingga seminggu
Aku bagai orang bodoh di tengah lautan manusia
Alamakjang! Apa kata dunia?!
Berucap tak ada daya, menatap tiada bisa, bernyali pun tiada punya

(Mie Toyong, Sagan, 2007)

Minggu, 23 Mei 2010

Sulitnya Bahsa Indonesia

Jumat, 14 Mei 2010

Mengingat Kembali Menjadi Mahasiswa Gaek

Sore-sore gak sengaja nongkrong sama temen di kampus. Gak tahu kenapa, lapangan Sansiro Sospol kayaknya pewe buanget buat nongkrong. Adem, angin senja sepoi-sepoi, plus cewek2 komunikasi yang berbadan padat dibalut pakaian ketat sliwar-sliwer hehehehe……Mak nyusshhhh!!!!
Ngobrol ngalor-ngidul, dari mbahas dugem, politik, cewek, sampai ya ujung-ujungnya ada yang mbahas film lunyu juga (ini udah kodrat cowok gak bisa lepas dari yang saru-saru tur wagu). Tapi yang paling penting dari obrolan itu , coba tebak, apalgi kalo bukan masalah skripsi hohoho. Maklum, yang ngobrol mahasiswa tingkat lanjut semua (kalo gak mau disebut angkatan tuwir, bahkan ada yang udah bulukan). Skripsi-skripsi, tugas nulis yang gampang-gampang susah. Gampang ngerjainnya, karena banyak waktu luang. Susahnya adalah, karena banyak waktu luang itu godaan duniawi makin merajalela. Apalagi sondrom pasca KKN yang bikin mahaiswa suka keluyuran gak jelas.
Trus abis skripsi dan wisuda mo ke mana? Ada yang bilang mo sekolah S2, kerja, dan yang jawab gak tahu pun banyak, bahkan banyak jawaban konyol gak jelas seperti kenaikan harga BBm yang gak jelas juntrungannya ( Oy!!!…. kok ngaitin BBm si? makin gak jelas juga nih tulisannya!). Tapi yang pasti, suara mayoritas, dari lubuk hati yang terdalam, bakalan jawab gak tahu mo ngapain. Kayak air ngalir aja, masih terlalu jauh memikirkan masa depan yang ini itu. Lebih baik jalani yang ada sekarang dulu, masa depan dipikirkan pelan-pelan. Yang terpenting adalah memeprsiapkan diri dan mental.
Ngomongin mental soalnya secara gak sengaja, kita-kita ngeliat temen yang kayaknya udah keburu pengin lulus (soalnya skripsinya dah jalan gitu), tapi kalo ngeliat perawakan dan tingkah lakunya masih kanak-kanak banget. Maunya die-emong mulu kayak balita, padahal habis lulus kan kita langsung ngadepin realita yang segitu hebatnya. Persaingan dan pertarungan jalanan sejati, yang kuat dan berkemampuan yang menang, yang masih gak bisa menghadapi hidup secara dewasa boleh menyingkir atau terkapar. Kalo udah lulus dan wisuda, siap gak sih kita menghadapi hidup? Kan udah gak mahasiswa lagi yang selalu beridealisme, tapi kita jadi nya masuk angkatan kerja yang mau-gak mau harus kompromi ma sistem. Kuat gak ya ngadepin hidup dengan dua tangan dan kaki kita sendiri.
Akhirnya, daripada mumet mikirin masa depan yang dekat dengan diri kita tapi rasanya jauh mengawang, kami semua nutup nongkrong sore dengan makan bakso heheheheh dan nyruput rokok…Mak nyuuussshhhh!!!!

Renungan Malam Selikuran

Tiada niat untuk mengetik, sekilas pikirku tidak berada di sini. Pikiranku sedang melayang jauh di cakrawala imajinasi lain. Sama sekali tak tersalurkan pada jemari yang menunggu untuk berjingkat dan menari-nari di atas kibor. Tapi, toh, akhirnya kumulai juga menulis huruf demi huruf, kata demi kata, dan kalimat demi kalimat.
Perasaan kemudian serasa menjuah-juah, di tengah himpitan kepenatan di penghujung ujian semester.
Tinggal menunggu Kuasa Illahi, maka terjadilah yang seharusnya terjadi! Itulah selalu pikirku yang menyusup cepat dalam tubuh manakala ujian telah selesai. Ketuntasan yang terasa belum tuntas, karena aku masih harus berjuang dengan dada membusung dan berusaha berlapang dada jikalau nilai-nilai yang kudapat melenceng dari harapan.
Apakah hidup harus seperti ini, selalu? Berjuang, berusaha lari sekuat tenaga mengejar impian, mengorbankan sesuatu demi suatu yang lain yang nampak tak pasti adanya. di saat lelah, tubuh tersungkur di lumpur-lumpur, lalu jiwa merintih di tengah hingar-bingar dunia. Di malam hari, kita kemudian bersimpuh di bawah cahaya yang temaram memnadikan tubuh yang letih. Lalu tangan memanjatkan doa pada Sang Kuasa, bergundah gulana dan memohon secuil ketenangan. Semuanya retoris, klise, dan pergerakkan dinamis manusia yang sekiranya satagnan menurutku. Lebih terasa seperti candu . Marx bekata agama itu candu, tapi buatku kehidupan pun sebenarnya candu yang terpaksa kita sesap dan setubuhi.
Untuk apa kita berusaha? Untuk apa kita mengejar segala sesuatu keindahan yang membuat kita nyalang dan menjadi pejal? Untuk kita sendirikah, atau untuk sesuatu yang kau ciptakan sendiri? Sesuatu yang kau ciptakan dari imaji agar kau tetap bersemangat berlari di jalanan kehidupan. Sebuah alasan, seseorang, atau apapun itu.

Kerendahan Hati (By Taufik Ismail)

Kalau engkau tak mampu jadi beringin

yang tegak di puncak bukit

jadilah belukar, tapi belukar yang baik,

yang tumbuh di tepi danau



Kalau kamu tak sanggup jadi belukar,

jadilah saja rumput, tetapi rumput yang

memperkuat tanggul pinggiran jalan



Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya

jadilah saja jalan kecil,

tetapi jalan setapak yang

membawa orang ke mata air



Tidaklah semua menjadi kapten

tentu harus ada awak kapalnya…

Bukan besar kecilnya tugas

yang menjadikan tinggi

rendahnya nilai dirimu



Jadilah saja dirimu…

sebaik-baiknya dari dirimu sendiri



-Kerendahan Hati, Taufik Ismail-

Memoar Seorang Nomaden

Gue baru sadar kalau gue hidup pindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Setiap tempat menyimpan cerita, warna, bau tanah, dan perasaan yang berbeda-beda. Setiap tempat yang merupakan hasil kerja manusia, seperti manusia itu sendiri, punya takdirnya masing-masing. Gue gak bakalan bisa nemuin satu momen yang benar-benar persis sama di dua kota yang berbeda, impossible!!
Kalau lu jadi gue, lu bakal ngerasain senangnya petualangan pindah rumah di tempat baru, ketemu orang baru, bahasa, budaya, semua hal yang sama sekali berbeda dari diri lu sendiri. Tapi lu juga bakal ngerasa kehilangan yang dalem. Temen-temen lu yang ditinggal buru-buru tanpa bisa ngucapin "selamat tinggal", tempat makan yang lu senangi, semak-semak pohon tempat lu menghabiskan permainan masa kecil, bahkan...mungkin.....cinta
yang gak bisa lu ungkapin karena lu keburu pergi. Lu bisa pindah berkali-kali, kemanapun yang lu sukai, mencoba sesuatu yang baru dan menantang ke tempat-tempat paling ekstrim full pacu adrenalin di dalamnya. Lu bisa datang dan pergi. Tapi momen-momen, dan tempat-tempat yang menggores hati dengan tinta emas gak bakal bisa lu hapus gitu aja. Sebesar apapun lu pengin keliling jagad raya buat nemuin hal-hal baru, suatu saat lu bakal merasa hilang arah dan feeling lonely karena hal-hal yang berbau masa lalu yang lu tinggalkan.
Lu berpetualang terus, dimanapun dan kapanpun. Tapi suatu saat, suatu saat lu gak sengaja sadar diri kalau lu tuh harus stay di suatu tempat buat menghabiskan detik hidup yang terakhir, berbagi dengan orang-orang sekitar untuk yang terakhir kalinya, dan menghirup udara untuk terakhir kalinya. Saat itu lu bakal merasa kangen berat sama segala sesuatu yang lu pernah jumpai dalam hidup lu yang terus berpindah, dan berharap hidup lu bisa diperpanjang sedikit buat melihat kenangan-kenangan tersebut.
Gue gak nulis ini seperti gue nulis surat wasiat kematian, gue juga lagi gak berusaha harakiri. Satu yang gue rasa adalah gue kangen hidup gue yang gue tinggalin buru-buru tanpa sempet pamitan. Manfaatin aja waktu yang ada buat menikmati segala sesuatu di mana lu tinggal, lalu simpan sebanyak-banyaknya kenangan yang paling indah, so suatu saat lu bisa dengan yakin bilang: "Hidup ini dahsyat!!"

Klise

Hari ini aku bangun dengan kepala serasa dihantam godam. Malam-malam dilewati dengan bercengkerama dengan monitor dan jari menari-nari di atas tuts-tuts kibor. Tidak ada yang kuketik, hanya mata, hati, dan pikiran yang terus nyalang melihat hidup yang hiruk pikuk. Dan pagi ini, aku bangun tanpa segelas kopi, udara Jogja yang makin panas dan terasa kisruh.

Aku hampiri tumpukan berkas-berkas tesis yang terlihat terpuruk dan lesu, berdebu, dan enggan untuk kujamah. Sudah hampir seminggu, dan pikiranku serasa sontak mati untuk mencari ide dalam menyelesaikan tesis. Kamar yang sepi, dan malam-malam sunyii serasa tak mempan membangunkan kreasi imiahku dari tidur-mati suri. Dan di sekitarku, klakson waktu dan kekhawatiran orang-orang terhadapku terus berbunyi dan memkasakau untuk segera menyelesaikan tesis. Tapi..tetap tak bisa mencambukku tuk bangun dari tidur panjangku.

Kepalaku penat, telingaku serasa bising oleh parade knalpot hidup, dan mataku berkunang-kunang oleh warna-warni harapan manusia yang semakin hari semakin norak. Kuambil nafas dalam-dalam, badan menggelosor perlahan dan tergeletak lesu di pojok gang sempit jalan takdir manusia. Aku...sedang berusaha mengumpulkan kekuatanku kembali.

Dan pagi ini kuputuskan, kumulai kreatifitasku dari sesuatu yang paling simpel untuk menulis kembali. Toh percuma saja aku berusaha melanjutkan tesisku kalau otak ini terasa buntu. Akuperlu sebuah trigger, dan kutarik pelatuk imajinasi itu perlahan-lahan sebelum menembakkan ide yang paling kompleks. Dan Blog, menjadi sebuah pelarian sementara yang seru untuk masuk dalam belantara ide dan perasaan yang menjuah-juah.

Segalanya serasa lucu buatku. Kemarin aku merasa bagai di atas angin. Terbang ke sana kemari dibawa sang bayu berkeliling jagad. Namun hari ini, aku berusaha setengah mati untuk merangkak dan memulai segalanya dari nol. Itulah hidup menurutku. Merangkan dan tegak dari satu pencapaian ke pencapaian yang lain. Di saat yang sama, aku harus berlari lebih cepat dari nafasku melawan sang kala. Karena waktu yang semakin bergerak cepat dan menyustkan hidup itu membawa perubahan-perubahan gigantik yang tak semua manusia mampu untuk menerimanya. gagal mengantisipasi perubahan, hidupku bisa game-over, dan sayangnya tak ada tombol reset atau backward di sini.

Pagi ini, aku awali hidup dengan sebuah percakapan yang menurutku mengasyikkan, heboh, dan nakal. Sarkasme ala anak muda yang suka absurd, dan pandangan hidupyang berusaha bijak ala orang tua. Ahaha..aku sadar, bahwa aku memang tidak ditakdirkan untuk melihat hidup sendiri, namun selalu saja ad teman yang bisa kuajak bicara. dan pagi itu diskusi tanpa kopi, kertas-kertas konsep, dan hitungan-hitungan matematis. Semuanya mengalir dan serasa sudah di luar kepala.

Mematakan hidup, itu kira-kira yang bisa aku simpulkan dari pembicaraan kami. Hidup berubah, diri kita berubah, dan kadang kala lebih cepat dari yang kita tahu dan bayangkan. Hidup itu sebuah jalan yang enigmatik dan selalu diawali dengan langkah kecil. Tapi ada kalanya langsung melompat jauh dari seharusnya. Meletik-letik seperti pop-corn. Tak bisa diprediksi, tapi tetap saja kita harus punya rencana toh?

Kapan dan apa yg kamu inginkan untuk kerja? Itu percakapan kami yang paling awal. Bukan latah, tapi melihat situasi sekarang, lulus kuliah dan hampir lulus. Lalu harus bertarung lagi untuk mencarai kerja. Celakanya, ekspetasi kami tentang kerja dengan penawaran lowongan tak pernah bertemu. Selalu saja neraca itu bergesek bahkan break event point pun tidak. Sehabis dapat kerjaan masih harus dihujani urusan rencna lima tahun kedepan (yah..sebut saja Repelita). Kapan mapan, punya rumah, mobil (ekspetasi terhadap hal-hal mahal yang sejatinya harganya paling murah dalam hidup). Ujung-ujungnya....klise-ka
pan nikah? Meskipun setiap orang memiliki karkteristik masing-masing, tapi aku yakin peta hidup mereka sudah digariskan secara dogmatis dan sama. Habis lulus-kerja-mapan-nikah-punya anak-dan bla..bla..bla...(betul-betul dunia robot berkedok manusia).

Ada tidak ya kesempatan untuk berpetualang dalam hidup? Adrenalin yang terus dipacu. mencoba sesuatu yang baru bahkan dari struktur dan konstruksi-konstruksi mapan yang telah ada. Cuma orang gila yang bisa begitu menurutku. Toh, setiap diri kita pasti bakal bicara: Mau petualang sampai kapan? Emang situ gak bakal tua renta dan letih lesu ya? Tar keburu kena ajal trus nyesel ente. Hahahaha....see, pertanyaan penutup percakapan pun klise.

The Eleven Commandements

Everything I need to know about life, I learned from Noah's Ark .
One : Don't miss the boat.
Two : Remember that we are all in the same boat.
Three : Plan ahead. It wasn't raining when Noah built the Ark.
Four : Stay fit. When you're 600 years old, someone may ask you to do something really big.
Five : Don't listen to critics; just get on with the job that needs to be done.
Six : Build your future on high ground.
Seven : For safety sake, travel in pairs.
Eight : Speed isn't always an advantage. The snails were on board with the cheetahs.
Nine : When you're stressed, float a while.
Ten : Remember, the Ark was built by amateurs; the Titanic by professionals.
Eleven: No matter the storm, when you are with God, there's always a rainbow waiting.

NOW, wasn't that nice? Pass it along and make someone else smile, too.

(from Brother Yousuf)

Sebutir Kurma Dari Padang Isfahan

ini bulan ramadhan
tiap desah nafasnya terasa khusyuk di setiap jiwa
bahkan bagi jiwa2 nyalang seperti kita….
yang sehari-hari dibasuh debu dan lumpur kehidupan

biar matahari tetap bersinar terik tiap harinya
dan deru parade knalpot masih mebisingkan telinga kita
ini adalah ramadhan….sedikit waktu dimana kita merasa tenang seperti bernaung di bawah rembulan

biar kita pulang sejenak dan manjauh dari hiruk-pikuk
sedikit melepas rindu pada segala sesuatu yang membuat kita menjadi syahdu dan bahagia
walau sejenak….dalam waktu yang melesat cepat

semoga kedamaian bulan ini bukanlah yang terakhir
tetapi selalu menjadi sesuatu yang seakan baru
tempat kita membasuh diri…sebelum tubuh benar2 terkapar lemas bertarung

selamat ramadhan kawan….
kedamaian dalam hati kita yang gelisah
sejenak waktu untuk bersimpuh pada-Nya
setelah setiap hari jiwa kita capai menghunus ego dan memaki-maki hidup
mohon maaf lahir bathin….