Sabtu, 08 Januari 2011

Catatan Seorang Kuli Tinta

Manusia menulis untuk menyampaikan isi hatinya. Ketika kata-kata terbatas untuk diucapkan dan bibit pengertian tidaklah bersemi dan tumbuh.
Seseorang menulis apa yang ada di pikirannya, yang terpendam dalam pasir misteri. Hingga pada suatu batas yang dicapai dan perasaan dalam hati tak mampu dibendung lagi, maka menulislah. Di saat kau sendiri, ketika tiada teman ataupun seseorang untuk kau bagi ceritamu, hanya tembok-tembok masif nan bersawang dan lantai yang dingin, tumpukan buku-buku berdebu menyesakkan dada.
Menulis, ketika sesuatu tak bisa terucap sempurna dari bibirmu. Ketika waktu tak sejalan dengan idealismemu, dan ketika orang lain menganggap remeh dirimu lalu kau merasa terasing dan sepi di keramaian.
Menuliskan apa yang kau pikirkan, sekedar mengingatkanmu bahwa kaupun perlu melihat kembali masa lalumu, catatan usang di kertas takdir yang belum tuntas dan hampir terlupa. Atau sebagai penghiburmu, seperti komik; cerpen; novel; ataupun kisah-kisah roman picisan dan komedi satire hidup kita.
Aku menulis karena darahku adalah darah penulis. Dimana kutemukan petualangan dan pacu adrenalin di situ. suatu ketika nadiku hampir putus dan hidup terasa hambar, tulisanku menyambungnya dan memberi rasa kembali.
Meskipun tak setiap hari aku menulis, tapi tetap kurasakan "itu" adadan tak pernah hilang. Dari tinta yang terus mengalir, ujung pena yang terus menggores, dan hati serta pikiran yang tak pernah terlelap……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar