Kamis, 06 Januari 2011

CATATAN HARIAN MAHASISWA

Ehem...sebenrnya ini tulisan udah lama banget. Dari blog waktu masih menjadi mahasiswa yang udah lama gak jelas nasibnya. Maklum, soalnya ngikut Friendster. Begitu jejaring sosial yang satu ini udah kolaps, blognya pun ikut saya tinggalkan. Sekedar untuk refleksi, terutama yang pernah, mau, atau mikir kuliah HI.

Akhir-akhir Jogja sering hujan, deras banget. Banjir di sana-sini, meski dalam hitungan sepersekian menit langsung surut. Yahh…lumayan juga mengusir hawa gerah dan debu yang melekat di tubuh. Air langit sejenak meniadakan kesumpekan kota, deru parade knalpot dan klakson yang ngak-ngik-ngok, serta hingar bingar urban lifestyle yang galau.
Seperti sore ini, ketika langit tak lagi memaki warna jingga untuk peraduan matahari, tetapi lebih suka selendang biru abu dan sedikit kabut ipis. Aku duduk di kedai kopi, menatap langit dari balik jendela yang basah oleh titik hujan, sama seksinya seperti peluh perawan desa.  MAsih aku genggam segelas kopi hangat, asapnya masih menari-nari, dan baunya harum seperti candu. Ballpoint masih kumainkan di tarian jemari, sambil sesekali mata melirik rentetan daftar mata kuliah. Ah…memang hidup serba berencana, tak ada yang serta merta. Big bang pun ditulis Sang Kuasa sejak zaman azali.
Baru melihat daftar mata kuliah saja, perasaanku seperti sudah kuliah sekian hari. Memilih mata kuliah saja otakku harus berkalkulasi, melakukan serentetan impuls logika, dan keputusan seperti sebuah tesis. Anjirrrrr!!!!! Liyer euy!!! Kenapa main-main imajinasi segala, pikirku? Apa memang kuliah di HI itu cuma imajinasi ya? Gak ada konkretnya? HI=Hanya Imajinasi, ehehehehe………..nice!!
Dulu aku memang setuju jika kuliah HI itu Hanya Imajinasi belaka. Berdebat dengan berbeda mahzab tanpa ujung yang jelas, dan yang diperdebatkan pun bukanlah hal real yang dihadapi. Kuliah seperti sebuah drama satu babak, semuanya hanya dibayangkan, tanpa pernah melihat dan menyentuh materi yang dipelajari. Ehh…materi? Imajinasi itu kan abstrak, materi itu konkret bung!! Filsafat ilmu berkata bahwa cara mendapatkan ilmu pengetahuan adalah dengan membayangkan, dan ilmu itu sendiri adalah sesuatu yang fana. Nah….jadi sudah paslah kiranya kalo HI itu dapat embel-embel ilmu. dengan kuliah di HI berarti aku sudah jadi intelek ya??Ssssssszzzzzzzuuuukkkkkkzzzzzzsssssseeeesssszzzzzzzz!!!!!
Tapi belakangan pendirian ini agak goyah juga. Melihat perkembangan yang ada di HI akhir2 ini. Tapi kan wajar aja kalau pendirianku goyah, bukankah manusia itu selalu berdialektika dengan masanya juga kehidupannya? Apakah HI=Hanya Imajinasi? Apakah hanya sesederhana itu? Atau aku yang terlalu mengkomplekskan sesuatu?Atau……………
Aih! Jika HI itu Hanya Imajinasi belaka, bukankah kuliah di HI sangat mudah. tinggal modal angan-angan, imajinasi men!! Ngelamun pun bisa menghasilkan sesuatu yang ilmiah. Gak perlu di ruang kuliah, atau berkeringat dingin di ruang sidang skripsi, nongkrong sambil ngelamun di WC umum terminal pun kita bisa belajar HI. Bukunya juga variatif, sesuai imajinasi kita. Dari Oliver Twist sampai The Clash of Civilization. Dari majalah Kuncung sampai jurnal HI. Semua bisa dijadikan referensi, shahih!!
Tapi kenyataannya, memang gak sesimpel itu. Kebanyakan orang sudah terlanjur beranggapan bahwa yang ilmiah adalah segala sesuatu yang menggunakan kata-kata berat, penuh istilah ilmiah, plus segala pertentangan mahzab yang gak ada bedanya dengan klimaks sebuah novel. Apa yang kekanakan, lucu, tak berbau kalimat ilmiah, adalah sesuatu yang buang-buang waktu dan sampah. Novel, majalah anak-anak, dan semua cetakan yang dengan senang hati kita bawa lalu dibaca dengan riang, rasanya hanya jadi eskapisme belaka dari dunia politik yang semakin absurd.
HI=Hanya Imajinasi? Apa memang demikian? Masihkah seperti itu, pikirku? Atau ini hanya sebuah lelucon basi saja? Jika HI memang Hanya Imajinasi, kenapa banyak nilai yang jeblok di ujian semester? Kenapa kita selalu berwajah tegang setiap kali menghadapi kertas ujian, dan tak tahu harus menulis apa. Kertas yang kosong seperti cerminan kekosongan mata, otak, bahkan batin kita. Jika HI Hanya Imajinasi, kenapa masih ada dari kita yang dengan susah payah mencontek pekerjaan temanya? Parahnya, yang mencontek pun tidak sadar bahwa mencontek pun butuh imajinasi, tidak hanya sekedar menyalin sama persis kalimat-kalimat dan titik-komanya. Benarkah HI Hanya Imajinasi? Padahal untuk menjawab soal ujian ngawur pun bisa dapat nilai yang bagus ( sumpriiittttt…..!!!!!)
Aku tidak membela orang-orang yang mencontek. Karena pada dasarnya mencontek adalah pekerjaan orang-orang malas, dan orang malas layak dibuang ke tong sampah! Itu di satu sisi, di sisi lain aku menganggap mencontek adalah sebuah seni. Seni bagaimana kita menyalin sesuatu milik orang lain, tanpa diketahui. Untuk tidak diketahui membutuhkan serangkaian proses yang kompleks. So, mencontek juga bukan pekerjaan kasar kuli panggul, tapi juga membutuhkan berfikir dan merancang strategi. Tapi ya, gobloknya orang-orang yang ketahuan mencontek kahir-akhir ini di lingkungan kuliahanku. Mencontek saja gak bisa, ketahuan, bener-bener guoblok pisannn……

(ditulis 19 Februari 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar